- @acilll7 dan @mager1001 (Instagram)
- @mager1001 (Twitter dan Wattpad)
- Acil Is Back (Youtube)
- Mutiara Aqilla Rahmi (Facebook)
Perwakilan
Karya : Mutiara Aqilla Rahmi a.k.a Acil
Aku mendengar gemuruh air mulai berjatuhan di atap kamar.
Perlahan kusibak tirai jendela dan melihat bayang wajahmu di tiap rintik hujan,
dan itu membuatku rindu.
Apakah kau juga merindu?
Saat semua orang sibuk berbincang dengan pujaan hati,
apalah daya ku hanya sebatas pemimpi
Hujan kian menjadi-jadi.
Aku tak tahu, apa hujan begitu cemburu saat aku merindukan mu?
Atau hujan mencoba mewakili rasa rinduku layaknya tetesan itu?
2 Februari 2019
Sungai Rumbai, Dharmasraya.
Takdir
Karya : Mutiara Aqilla Rahmi a.k.a Acil
Aku selalu suka hembusan angin kala hujan mencium bumi.
Bukan hujan badai, tapi hujan yang damai.
Aku selalu tersenyum pada bulir-bulir bening yang sudah berhasil mendarat meski rela terpecah setelah menabrak tanah.
Hujan tak pernah berhenti meski harus melewati proses yang panjang hanya demi berakhir pecah menabrak tanah.
Hujan tahu itu akan terjadi, selalu.
Tapi bulir-bulir itu paham, tak mengeluh.
Sekalipun orang-orang berlalu-lalang menginjak bagian tubuh rapuh mereka yang telah menyebar.
Hujan mengerti bahwa memang begitulah takdir mereka.
Mau memberontak? Percuma!
Semua sudah diatur oleh Sang Penguasa dunia.
10 April 2019
Sungai Rumbai, Dharmasraya.
Dari Hujan Aku Belajar
Karya : Mutiara Aqilla Rahmi a.k.a Acil
Aku banyak belajar dari hujan.
Tentang kesabaran, pengertian, dan keikhlasan.
Banyak hal lain yang mungkin bisa kau dapat selain yang aku dapat.
Sabar menjalani proses kehidupan yang tak terukur panjangnya,
mengerti betapa tak mudahnya terlahir untuk merasakan ada di posisi bawah,
dan ikhlas menjalani semua yang sudah tertera pada lembaran kertas skenario tak terlihat milik-Nya.
10 April 2019
Sungai Rumbai, Dharmasraya.
Tak Tahu Balas Budi
Karya : Mutiara Aqilla Rahmi a.k.a Acil
Lihatlah bulir-bulir itu.
Terjun bebas, mendarat, pecah, berhamburan dan mengalir ke tempat terendah atau mentok-mentok tergenang di dalam pot kosong tanpa ventilasi bawah.
Aku selalu mengamatinya, lamat-lamat.
Tak jarang wajahku berubah redup karenanya.
Membayangkan betapa kerasnya perjalanan takdir bulir bening itu.
Jatuh, mengalir, menguap, kemudian jatuh lagi.
Begitu terus.
Berulang-ulang, namun tak pernah lelah ataupun berhenti memberi penghuni bumi air nan jernih.
Namun syang, kadang yang diberi malah tak tahu balas budi.
10 April 2019
Sungai Rumbai, Dharmasraya.
0 comments:
Post a Comment