Komedi Cinta
Resensator : Mutiara Aqilla Rahmi a.k.a Acil
Judul Buku : MARMUT MERAH JAMBU
Penulis : Raditya Dika
Penerbit : Bukuné
Tahun Terbit : 2010
Cetakan : Pertama
Tebal Buku : 222 halaman 13×20 cm
Penulis : Raditya Dika
Penerbit : Bukuné
Tahun Terbit : 2010
Cetakan : Pertama
Tebal Buku : 222 halaman 13×20 cm
Genre : Komedi
Dika Angkasaputra Moerwani atau yang
lebih dikenal sebagai Raditya Dika adalah seorang penulis, komedian, sutradara,
dan aktor. Buku pertama yang ia tulis berjudul Kambing Jantan dan tulisannya
itu masuk dalam kategori best seller.
Buku Kambing Jantan tersebut berisi tentang kehidupan Radit saat ia kuliah di
Australia. Sampai saat ini, Radit telah menulis 8 buku dan 2 komik
bersama Adriano Budiman. Adapun buku yang Radit tulis berjudul, Kambing Jantan: Sebuah Catatan Harian Pelajar Bodoh, Cinta Brontosaurus,
Radikus
Makankakus: Bukan Binatang Biasa, Babi Ngesot: Datang Tak Diundang Pulang Tak Berkutang, Marmut Merah Jambu, Manusia Setengah Salmon, Koala Kumal, Ubur-Ubur Lembur. Kemudian dua
komik yang berjudul Kambing Jantan dan Kambing Jantan 2.
Radit mengawali
keinginan untuk membukukan catatan
hariannya di blog pribadinya saat ia memenangi Indonesian Blog Award. Selain itu, Radit
juga pernah merai penghargaan The Online Inspiring Award 2009 dari Indosat. Kemudian dari sanalah ia mulai mencetak tulisan-tulisannya
dan mengajukannya ke penerbit, Meskipun seringkali ditolak, Radit tetap gencar
menyodorkan tulisannya hingga tulisannya diterima di penerbit Gagasmedia dan
diterbitkan. Dalam hal menulis point
selling yang selalu Radit pakai adalah dengan menggunakan nama-nama
binatang di setiap tulisannya. Radit adalah penulis yang berani mengambil
langkah antimainstream. Radit selalu
dapat menyelipkan pesan-pesan yang baik dalam setiap tulisannya.
Cerita dalam novel Marmut Merah Jambu ini berawal dari Radit
yang menceritakan pertemuannya dengan seorang cewek yang pernah ia taksir saat
masih duduk di bangku SMA, Ina namanya. Diceritakan di bab Pertemuan Pertama
dengan Ina Mangunkusumo, Radit berhasil mengajak Ina untuk pergi jalan
dengannya. Kalau bahasa gaulnya jadi gebetan
atau ngedate gitu, hehe. Namun
sayangnya, hal itu terus berlanjut tanpa adanya kesan – kesan berarti bagi Ina.
Lalu akhirnya mereka berpisah karena Radit harus kuliah di Adelaide. Sampai
kemudian mereka bertemu kembali. Pada pertemuan itu, Ina sudah bekerja di
sebuah Event Organizer dan Radit sudah
menjadi penulis. Mereka kembali melakukan pertemuan layaknya dulu. Di kesempatan itu, Ina curhat dengan Dika tentang
Anto, cowok yang selalu diceritakan Ina ke Dika pada masa SMA dulu dan Ina
ternyata masih menyimpan perasaan kepada Anto. Sampai akhirnya Anto mengatakan
kepada Ina bahwa ia sudah punya pacar, saat itu Ina mulai sadar akan
keberadaanya.
Sebenarnya di pertemuan ini Radit ingin memberi tau Ina kalau
dia sedang membuat buku baru, yaitu Marmut Merah Jambu yang akan ada bab
tentang perasaan cintanya tak terbalas pada Ina yang nggak pernah ia tahu saat
itu. Saat itu, Radit bisa dikatakan sedang dalam keadaan bingung untuk
mengambil keputusan bagaimana caranya untuk memberi tau Ina. Namun pada
akhirnya Radit tetap memberitahu Ina, apapun konsekuensi dan jawaban yang akan
ia dengar dari Ina.
Keunggulan buku ini ada pada Judul, covernya yang kocak,
jenis kertas, dan gaya penulisannya yang segar. Buku ini juga berisikan bab-bab
yang tidak berkesinambungan. Namun hal itu termasuk salah satu keunggulan bagi
saya, karena dengan begitu pembaca tidak mudah bosan dengan adanya berbagai
cerita yang tertera di dalam satu buku. Adanya bab Balada Sunatan Edgar dan Buku
Harian Alfa menambah kesan komedi tulisan ini. Sedikit mengulas, Alfa
adalah kucing peliharaan Radit. Dalam bab itu Radit membuat seolah-olah Alfa
lah yang benar-benar menulis ceritanya sendiri. Aku baca 2 bab ini
guling-guling saking lucunya. Serius, kesan humornya sangat dapat dirasakan.
Sudah berkalo-kali aku baca buku ini sejak masih SMP sampai telah beranjak ke
jenjang perkuliahan pun saat aku kembali membaca kesan humornya tidak pernah
memudar sama sekali.
Kemudian, kelemahan dari buku ini menurutku hampir tidak ada.
Mungkin hanya ada beberapa kata atau kalimat yang maknanya sulit dipahami atu
diimajinasikan oleh pembaca. Seperti salah satu kalimat pada bab Orang yang Jatuh Cinta Diam-diam yaitu, ‘Nasib punya suara seperti Doraemon yang
belum akil balig’.
Buku ini sangat aku rekomendasikan untuk teman-teman baca,
karena buku ini ditujukan untuk pembaca dari berbagai kalangan usia dan bagi orang-orang yang memerlukan asupan komedi receh berbau dolar. Penulisan
buku ini juga sangat rapi, penggunan bahasanya sangat mudah dipahami, dan
tentunya terdapat berbagai pesan yang amat sangat baik dalam tulisan ini.
Sekian resensi dari saya. Semoga bermanfaat, semoga bagi
teman-teman yang belum membaca bukunya akan tergerak hatinya untuk membaca buku
keren karya Raditya Dika ini. Kemudian bagi teman-teman yang sudah membaca buku
ini, semoga akan tetap selalu mencintai isinya dan mengingat makna-makna
tersurat maupun tersirat dari tulisan ini.
Terimakasih sudah membaca!
24 November 2019
Padang, Sumatera Barat, Indonesia.
Rancak bana😄
ReplyDelete