Sunday, November 24, 2019

Resensi Novel Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika

Aloha! Kali ini saya membuat resensi dari salah satu novel karya Raditya Dika yang berjudul Marmut Merah Jambu. Selamat membaca!

Komedi Cinta
Resensator : Mutiara Aqilla Rahmi a.k.a Acil

Judul Buku : MARMUT MERAH JAMBU
Penulis        : Raditya Dika
Penerbit      : Bukuné
Tahun Terbit : 2010
Cetakan          : Pertama
Tebal Buku    : 222 halaman 13×20 cm
Genre              : Komedi


      Dika Angkasaputra Moerwani atau yang lebih dikenal sebagai Raditya Dika adalah seorang penulis, komedian, sutradara, dan aktor. Buku pertama yang ia tulis berjudul Kambing Jantan dan tulisannya itu masuk dalam kategori best seller. Buku Kambing Jantan tersebut berisi tentang kehidupan Radit saat ia kuliah di Australia. Sampai saat ini, Radit telah menulis 8 buku dan 2 komik bersama Adriano Budiman. Adapun buku yang Radit tulis berjudul, Kambing Jantan: Sebuah Catatan Harian Pelajar Bodoh, Cinta Brontosaurus, Radikus Makankakus: Bukan Binatang Biasa, Babi Ngesot: Datang Tak Diundang Pulang Tak BerkutangMarmut Merah JambuManusia Setengah SalmonKoala Kumal, Ubur-Ubur Lembur. Kemudian dua komik yang berjudul Kambing Jantan dan Kambing Jantan 2.

      Radit mengawali keinginan untuk membukukan catatan hariannya di blog pribadinya saat ia memenangi Indonesian Blog Award. Selain itu, Radit juga pernah merai penghargaan The Online Inspiring Award 2009 dari Indosat. Kemudian dari sanalah ia mulai mencetak tulisan-tulisannya dan mengajukannya ke penerbit, Meskipun seringkali ditolak, Radit tetap gencar menyodorkan tulisannya hingga tulisannya diterima di penerbit Gagasmedia dan diterbitkan. Dalam hal menulis point selling yang selalu Radit pakai adalah dengan menggunakan nama-nama binatang di setiap tulisannya. Radit adalah penulis yang berani mengambil langkah antimainstream. Radit selalu dapat menyelipkan pesan-pesan yang baik dalam setiap tulisannya.

      Cerita dalam novel Marmut Merah Jambu ini berawal dari Radit yang menceritakan pertemuannya dengan seorang cewek yang pernah ia taksir saat masih duduk di bangku SMA, Ina namanya. Diceritakan di bab Pertemuan Pertama dengan Ina Mangunkusumo, Radit berhasil mengajak Ina untuk pergi jalan dengannya. Kalau bahasa gaulnya jadi gebetan atau ngedate gitu, hehe. Namun sayangnya, hal itu terus berlanjut tanpa adanya kesan – kesan berarti bagi Ina. Lalu akhirnya mereka berpisah karena Radit harus kuliah di Adelaide. Sampai kemudian mereka bertemu kembali. Pada pertemuan itu, Ina sudah bekerja di sebuah Event Organizer dan Radit sudah menjadi penulis. Mereka kembali melakukan pertemuan layaknya dulu. Di kesempatan itu, Ina curhat dengan Dika tentang Anto, cowok yang selalu diceritakan Ina ke Dika pada masa SMA dulu dan Ina ternyata masih menyimpan perasaan kepada Anto. Sampai akhirnya Anto mengatakan kepada Ina bahwa ia sudah punya pacar, saat itu Ina mulai sadar akan keberadaanya.

Sebenarnya di pertemuan ini Radit ingin memberi tau Ina kalau dia sedang membuat buku baru, yaitu Marmut Merah Jambu yang akan ada bab tentang perasaan cintanya tak terbalas pada Ina yang nggak pernah ia tahu saat itu. Saat itu, Radit bisa dikatakan sedang dalam keadaan bingung untuk mengambil keputusan bagaimana caranya untuk memberi tau Ina. Namun pada akhirnya Radit tetap memberitahu Ina, apapun konsekuensi dan jawaban yang akan ia dengar dari Ina.

Keunggulan buku ini ada pada Judul, covernya yang kocak, jenis kertas, dan gaya penulisannya yang segar. Buku ini juga berisikan bab-bab yang tidak berkesinambungan. Namun hal itu termasuk salah satu keunggulan bagi saya, karena dengan begitu pembaca tidak mudah bosan dengan adanya berbagai cerita yang tertera di dalam satu buku. Adanya bab Balada Sunatan Edgar dan Buku Harian Alfa menambah kesan komedi tulisan ini. Sedikit mengulas, Alfa adalah kucing peliharaan Radit. Dalam bab itu Radit membuat seolah-olah Alfa lah yang benar-benar menulis ceritanya sendiri. Aku baca 2 bab ini guling-guling saking lucunya. Serius, kesan humornya sangat dapat dirasakan. Sudah berkalo-kali aku baca buku ini sejak masih SMP sampai telah beranjak ke jenjang perkuliahan pun saat aku kembali membaca kesan humornya tidak pernah memudar sama sekali.

Kemudian, kelemahan dari buku ini menurutku hampir tidak ada. Mungkin hanya ada beberapa kata atau kalimat yang maknanya sulit dipahami atu diimajinasikan oleh pembaca. Seperti salah satu kalimat pada bab Orang yang Jatuh Cinta Diam-diam yaitu, ‘Nasib punya suara seperti Doraemon yang belum akil balig’.

Buku ini sangat aku rekomendasikan untuk teman-teman baca, karena buku ini ditujukan untuk pembaca dari berbagai kalangan usia dan bagi orang-orang yang memerlukan asupan komedi receh berbau dolar. Penulisan buku ini juga sangat rapi, penggunan bahasanya sangat mudah dipahami, dan tentunya terdapat berbagai pesan yang amat sangat baik dalam tulisan ini.

Sekian resensi dari saya. Semoga bermanfaat, semoga bagi teman-teman yang belum membaca bukunya akan tergerak hatinya untuk membaca buku keren karya Raditya Dika ini. Kemudian bagi teman-teman yang sudah membaca buku ini, semoga akan tetap selalu mencintai isinya dan mengingat makna-makna tersurat maupun tersirat dari tulisan ini.
Terimakasih sudah membaca!

24 November 2019
Padang, Sumatera Barat, Indonesia.

Share:

1 comment: